Hari-hari di akhir kehamilan memang membuat perasaan ga
karuan, dari yang seneng bgt artinya si kecil akan semakin cepat bisa kita
peluk, deg2an dan khawatir membayangkan proses persalinan serta bingung bagaimana
sebetulnya rasa kontraksi itu jika ini kelahiran yang pertama.
Cek up di trimester ketiga sudah seminggu sekali, biasanya
kami cek di hari selasa malam setelah Fatra pulang kerja. Selasa tanggal 18
Desember menjelang minggu ke 38 saat pemeriksaan ternyata air ketubanku
sedikit, entah memang sedikit atau rembes tidak terasa oleh aku. Padahal aku
selalu yakin tdk pernah ada rembesan tp ternyata bisa lewat keputihan atau
bercampur lewat urin saat pipis. Oleh dokter diperiksa sudah ada bukaan 1 tp
mulut rahim ku (serviks) masih tebal, diminta cek lg hari jumat jika tidak ada
pembukaan juga harus diinduksi.
Rabu 19 Desember pagi ternyata ada flek coklat kemerahan dan
ini berlangsung terus sepanjang hari, aku bingung harus cek lagi atau bagaimana
karena tidak ada rasa mulas walaupun sudah aku bawa jalan-jalan pagi, ngepel
jongkok dan jongkok berdiri untuk merangsang adanya pembukaan. Sore hari aku ke
bidan dekat rumah untuk cek apakah pembukaan bertambah dan ternyata masih
bukaan 2 tapi sempit dan masih sama serviksku
kaku maka diberi obat pelunak mulut rahim yang hanya berupa vitamin B yaitu
Alinamin F. Oleh bidan diberi petunjuk kapan waktunya aku harus berangkat ke
RS.
Besok paginya 20 Desember yang merupakan hari ulang tahunku
aku semakin galau dan bingung karena belum ada mulas juga dan flek masih
berlanjut, akhirnya aku n Fatra memutuskan kita ke RS pagi itu dan cek kembali
juga sudah menyiapkan tas yang berisi perlengkapan melahirkan. Sampai di RS dok
Kus langsung menyarankan untuk masuk ruang bersalin dan diperiksa, setelah
diperiksa oleh bidan yang bertugas aku di CTG dan periksa bukaan hasilnya CTG
bagus tapi bukaan belum juga nambah.
Siangnya jam 13.00 dok Kus datang setelah jam praktek beliau
selesai dan kembali memeriksa, lalu beliau menyarankan untuk dilakukan induksi
balon yaitu dimasukkan spt balon ke mulut rahim dan diisi air agar bisa memnuka
tapi jenis induksi ini hanya bisa mentok sampai bukaan 4 lalu bukaan
selanjutnya bisa menunggu dengan alami.
Dipasanglah balon itu dan rasanya hmmmm lumayan bgt
sakitnya, sudah terasa kontraksinya karena serviksku dipaksa dibuka.. selama
dipasang balon ini saya terus jalan2 sepanjang lorong RS agar pembukaan bisa
cepat terjadi. Ternyata agak lama sampai jam 8 malam baru bisa mencapai bukaan
4 dan balon dibuka. Selanjutnya tinggal menunggu dapat terjadi kontraksi dan
bukaan alami sampai bukaan lengkap. Aku, Fatra dan keluarga berharap si dede bisa
lahir hari ini agar ulang tahun kami bisa berbarengan. Hari berlalu sampai pagi
bukaanku tidak juga bertambah STUCK di bukaan 4, kontraksi ada dan rutin
beberapa kali selama 10 menit tapi ternyata tidak terlalu kuat untuk bisa
menambah bukaan padahal posisi kepala si dede sudah dekat sekali. Dok Kus
bilang “kalau masih bisa ketawa2 belum sakit bu” hehe..emang aku masih cengar
cengir sih.
Dok Kus menyarankan untuk kembali di induksi lewat infus,
huaaaa teringat cerita pengalaman teman2 yang bilang induksi itu sakit banget
aku memilih menunggu. Sembari menunggu dari jam 6 pagi sampai jam 13.00 aku
berusaha menambah bukaan secara alami, jalan2 sepanjang lorong keliling RS,
naik turun tangga tapi nihil bukaan tidak juga nambah. Jam 13.00 kuputuskan
untuk induksi seperti yang disarankan. Baru pasang sih biasa aja malahan
kontraksi sebelumnya hilang, aku masih bisa ngobrol sama mami, ibu dan Fatra.
Memasuki jam 15.00 kontraksi mulai terasa sangat kuat sampai aku tidak tahan,
Fatra menghubungi ruang bersalin untuk bisa segera ditangani tapi ternyata
masih penuh untuk ruangan kelas 1 (hari itu banyak sekali yang melahirkan).
Aku kembali diperiksa dan ternyata sudah bukaan 6 lalu setelah diperiksa ketubanku pecah. Jam 16.00 aku masuk ruang bersalin di bukaan 7, ternyata setelah ketuban pecah rasanya semakin sakit karena posisi kepala yang sudah sangat menekan (padahal infus sudah dimatikan dan ini sudah kontraksi alami).
Aku kembali diperiksa dan ternyata sudah bukaan 6 lalu setelah diperiksa ketubanku pecah. Jam 16.00 aku masuk ruang bersalin di bukaan 7, ternyata setelah ketuban pecah rasanya semakin sakit karena posisi kepala yang sudah sangat menekan (padahal infus sudah dimatikan dan ini sudah kontraksi alami).
Jam 17.50 (sempet2an aku selalu liat jam karena ada jam di
ruangan itu), dokter meminta aku untuk mulai belajar merejan saat kontraksi
datang. Fatra mendampingiku di dalam tapi ternyata aku kesulitan untuk merejan
karena aku sudah kehabisan tenaga untuk jalan2 dari subuh itu dan tidak bisa
makan karena sakit dan juga dede terlilit tali pusar jadi tarik menarik
dengannya saat merejan.
Hampir 40 menit aku mencoba merejan dengan didampingi Fatra tapi akhirnya Fatra berpikiran untuk tukeran tempat sama mami di ruang bersalin . Mami masuk untuk mendampingiku, mami berpengalaman untuk mendampingi anak2 dan mantu2nya melahirkan.. Mami masuk lalu langsung mengangkat badanku untuk membantu kekuatan merejan setelah 2 kali merejan akhirnya dede lahir.. Alhamdulillah... Laki-laki dengan berat 2, 7kg dan panjang 48 cm namanya Rakazidia Inggoro Ralia.
Hampir 40 menit aku mencoba merejan dengan didampingi Fatra tapi akhirnya Fatra berpikiran untuk tukeran tempat sama mami di ruang bersalin . Mami masuk untuk mendampingiku, mami berpengalaman untuk mendampingi anak2 dan mantu2nya melahirkan.. Mami masuk lalu langsung mengangkat badanku untuk membantu kekuatan merejan setelah 2 kali merejan akhirnya dede lahir.. Alhamdulillah... Laki-laki dengan berat 2, 7kg dan panjang 48 cm namanya Rakazidia Inggoro Ralia.
:") AAKKKKK wish me luck ya dek :")
BalasHapusMasyaallah syukur bisa normal setelah perjuangan cukup panjang. 41 week aku belum merasakan gelombang cinta alami
BalasHapus