Rakazidia

Lilypie Third Birthday tickers

our journey of love

Daisypath - Personal pictureDaisypath Anniversary tickers

Kamis, 14 Februari 2013

Semangat Meng "ASI" himu



Dari semenjak hamil aku dan Fatra sudah semangat dan mencari berbagai informasi untuk bisa memberi ASI untuk anak kami nanti. Mencari RS yang bisa IMD dan rooming in, walaupun pada akhirnya hal 2 itu tidak bisa kami lakukan tapi pemberian ASI harus tetap dilakukan.



Sebelum melahirkan aku memang sudah berniat untuk bisa ASI ekslusif bahkan sampai aku masuk kerja nanti jadi aku harus memberikan ASIP. Mulai membeli Breastpump, coolerbag, ice pack dan botol-botol untuk menyimpan ASIP.

Dari hari pertama lahir bayi kami masuk NICU dan sama sekali belum menyusu langsung dariku jadi rangsangan supaya ASIku keluar harus kulakukan sendiri bukan dari hisapan bayi. Hari pertama lahir yaitu sore hari kupergunakan untuk istirahat karena tenagaku sudah tersedot habis. Besoknya setelah melihat bayi kami aku mulai memerah payudara (PD) ku.. walaupun sampai pagi itu bayi kami masih puasa belum boleh minum, aku sudah mulai memerah. Ternyata tidak mudah, pertama kali hanya dapat beberapa tetes saja yg kukumpulkan sampai dapat kira2 hanya 1 ml tapi gapapa tetap kuserahkan ke suster di ruang perina. Setelah itu dapat kabar ternyata bayiku sudah boleh minum tetapi lewat selang kira2 5 ml.. aku terus memerah dengan manual karena dengan pompa belum dapat apa2 (padahal aku sudah bawa breastpump dr rumah untuk jaga2). 


Setiap 2 jam terus kuperah walaupun sedikit sekali yang kudapat, hanya sekitar 3 ml dalam jangka waktu 1 jam memerah. Terus kupijat PDku, ku kompres tapi tetap hanya segitu yang kudapat karena memang PD ku kosong, lembek dan belum terasa bengkak. Terus menerus kukumpulkan tetes demi tetes dengan hati yang sedih krn aku hanya bs memerah sendiri sampai PDku merah2 dan sakit sedangkan ibu2 disebelahku bisa menyusui bayinya langsung. Dari awal hasil perahan yang kudapat 1 ml lalu jadi 2 ml lalu jadi 3 ml, 5 ml ditengah tekanan ternyata bayiku butuh jauh diatas itu. Hasil perahanku belum mencukupi kebutuhannya di ruang perina, padahal dia sangat membutuhkannya dan sedang sakit. Aku dan suami terus bertahan untuk hanya memberi ASI sampai 3 hari padahal suster2 dan dokter sudah terus menanyakan dan meminta kami menyetujui memberi susu formula.


Di hari ke 4 sebelum aku pulang dr RS sedangkan Zidia masih harus dirawat aku bertemu dengan dokter yang menangani Zidia di perina. Dokter menanyakan soal ASI ku yg kurang dan anak kami tidak bs dipertahankan hanya dengan ASI saja karena menurut beliau kondisi anak kami ini sakit berbeda dengan anak sehat lainnya karena jika dehidrasi pemulihannya akan semakin lama dan akan berpengaruh ke tumbuh kembangnya nanti. Dengan alasan ini dan aku harus pulang ke rumah jadi tidak bs setiap saat memberikan ASIP ku maka kami tanda tangani persetujuan memberi susu formula dengan hati yang amat teramat sakit dan sedih merasa gagal.


Pulang ke rumah aku langsung istirahat dan dipijat seluruh badan, sehabis dipijat PD ku langsung penuh dan bengkak dan setelah dipompa aku bisa dapat 60cc per 2 jam. Malam itu juga ASIP langsung diantar dan meminta pemberian susu formula dihentikan dan diganti ASIP saja. Alhamdulillah...




Besoknya produksi ASI ku terus meningkat karena terus dipompa, sampai aku bisa dapat 200cc lebih per 2 jam.
Di hari ke 9 di RS, bilirubin Zidia naik lagi dan dokter memberikan diagnosa anak kami bisa saja bertambah kuning karena ketidakcocokan dengan ASI ibunya. Whatttt? Apalagi ini? Hati ibu mana yang tidak hancur mengetahui kalau  ASI nya malah membuat anaknya menjadi sakit. Dokter meminta untuk diberikan susu formula lagi.  Setelah itu aku mencoba browsing untuk mencari tahu apa yang terjadi dan apa yang dimaksud dokter itu, setelah itu aku mengetahui memang ada yang dinamakan breastmilk jaundice yaitu hiperbilirubinemia yang disebabkan karena ASI tp untuk memastikan hal ini diperlukan pemeriksaan yang panjang dan tidak bisa langsung didiagnosa seperti itu.

 Besoknya Zidia sudah dapat pulang dan langsung tetap kuberikan ASI. Setelah 10 hari semenjak dilahirkan Zidia sudah diberikan minum lewat selang dan lewat dot, ada kekhawatiran bahwa dia akan bingung puting tp Alhamdulillah Zidia langsung bisa menyusu dengan lahap tanpa bingung puting.


Kalau ada yang bilang “wah enak yah ASI nya banyak bgt, aku sedikit ga bisa seperti itu”, Iya memang enak banget tapi ingat bu ibu aku juga ga semudah dan semelimpah itu dari awal tetap butuh usaha yang bikin nangis2 dulu. Syukur Alhamdulillah ASI ku melimpah sehingga aku bisa terus menabung ASIP untuk nanti jika aku sudah masuk kerja. Semoga ASI ku terus banyak sampai Zidia 2 tahun. Aamiin... Sehat terus yah sayang....

Rabu, 13 Februari 2013

Ketika bayi kami masuk NICU



Anak kami telah lahir, laki2 dengan berat 2,7 kg dan panjang 48 cm di 21 Desember pukul 18. 27 dan diberi nama Rakazidia Inggoro Ralia dengan panggilan Zidia
Setelah dede keluar, dia sempat ditaruh diperutku aku memegangnya lalu dia dibawa keluar untuk dibersihkan diikuti Ayahnya.. aku melihat dia sangat putih, pucat??
Sembari menunggu untuk dibersihkan dan dibawa masuk kembali untuk IMD, dokter masih menanganiku untuk membersihkan plasenta, darah dan menjahit..

Lama tidak juga masuk lalu dokter bertanya pada bidan “mana dedenya?mau IMD”
Tak lama kemudian Fatra masuk lalu memberitahu kalau dede ada masalah, tidak bisa IMD. Ada apa???? Rasanya bingung, sedih dan ketakutan.. Dede harus mendapat perawatan dan masuk NICU karena ada masalah dengan nafasnya. Kenapa??

Malam itu aku masuk ruang perawatan untuk pemulihan, aku belum bisa memeluknya atau bahkan melihat wajahnya saja belum. Tapi untungnya aku punya suami yang hebat, dia menenangkanku dan mengurus segalanya di ruang NICU untuk bayi kami. Bayi kami di rontgen dan menurut dokter ada flek yang mengganggu nafasnya sehingga tangisnya tidak kencang. Nilai Apgarnya kuketahui kemudian dr dokter anak 7/8 tapi di keterangan tertulis 8/9. Ada sedikit haematom juga di kulit kepalanya yang bisa diakibatkan benturan saat lahir atau karena bantuan vacum.

Tengah malam suamiku mendapat telepon dari ruang NICU dan diminta datang kesana, hatiku khawatir deg2an ga karuan “ada apa?” selalu seperti itu setiap suamiku terima telepon sampai berhari-hari kemudian pun tetap seperti itu.
Ternyata suster hanya memberitahu hasil lab darahnya yang sudah keluar tetapi kondisi bayi kami stabil.

Paginya aku baru diperbolehkan melihatnya, pagi2 sekali aku sudah siap untuk melihatnya. Saat aku melihatnya hatiku sedih sekaligus sedikit lega, bayiku terpasang selang ke hidung dan mulutnya kasihan sekali melihatnya seperti itu tapi aku lega karena bayiku terlihat sehat secara fisik dan aku tahu dia kuat. Aku belum juga dapat memeluknya karena dia dipasangi alat, aku harus puas dengan hanya memegang tangannya dan mengelus kepalanya dan membisikkan sedikit kata2 dan setelah itu aku harus keluar.
Aku kira aku dapat menengoknya setiap saat atau minimal sekali sehati tapi ternyata tidak diperbolehkan lagi karena menurut RS itu adalah ruang steril dimana tidak bisa sembarang orang masuk, selanjutnya aku hanya bisa melihatnya dari balik kaca. Dia minum ASIP ku lewat selangnya.



Hari-hari berlalu dan keadaannya semakin membaik, pada hari ke 5 selangnya sudah bisa dibuka dan dia bisa minum tapi masih lewat dot tidak juga menyusu dariku. Masalah lain datang, dia kuning hiperbilirubinemia dikarenakan pecahan sel darah dari haematom nya dan juga fisiologis pada bayi2 apalagi ternyata golongan darah kami berbeda.

Hari ke 8 kami diminta datang (setiap hari ayahnya yang datang), untuk belajar menyusu dariku langsung, senangnya hatiku aku akan dapat memegang dan memeluknya. Seharian hari itu aku di RS mencoba untuk menyusuinya danbelajar dari suster untuk memandikannya. Besar harapan kami  besok Zidia sudah bisa pulang ke rumah dikarenakan hasil lab nya sudah baik, bilirubinnya sudah normal .

Nilai Bilirubin Zidia
Hari ke -2                             = 7,79 mg/dl
Hari ke-  4                            = 13,2 mg/dl
Hari ke – 5                           = 14,13  mg/dl
Hari ke-6                              = 13,42 mg/dl
Hari ke-7                              = 12,12 mg/dl
Hari ke-8                              = 9,29 mg/dl
Hari ke-9                              = 10,96 mg/dl
Hari ke-10                            = 8,06 mg/dl
Di hari ke 9 ternyata bilirubinnya naik kembali dan dokter tidak memperbolehkan Zidia pulang sampai keesokan harinya jika sudah turun.
Pada hari ke 10 Alhamdulillah sudah turun dan saatnya Zidia pulang ke rumah kami.
Welcome Home Son...

Melahirkanmu



Hari-hari di akhir kehamilan memang membuat perasaan ga karuan, dari yang seneng bgt artinya si kecil akan semakin cepat bisa kita peluk, deg2an dan khawatir membayangkan proses persalinan serta bingung bagaimana sebetulnya rasa kontraksi itu jika ini kelahiran yang pertama.

Cek up di trimester ketiga sudah seminggu sekali, biasanya kami cek di hari selasa malam setelah Fatra pulang kerja. Selasa tanggal 18 Desember menjelang minggu ke 38 saat pemeriksaan ternyata air ketubanku sedikit, entah memang sedikit atau rembes tidak terasa oleh aku. Padahal aku selalu yakin tdk pernah ada rembesan tp ternyata bisa lewat keputihan atau bercampur lewat urin saat pipis. Oleh dokter diperiksa sudah ada bukaan 1 tp mulut rahim ku (serviks) masih tebal, diminta cek lg hari jumat jika tidak ada pembukaan juga harus diinduksi.

Rabu 19 Desember pagi ternyata ada flek coklat kemerahan dan ini berlangsung terus sepanjang hari, aku bingung harus cek lagi atau bagaimana karena tidak ada rasa mulas walaupun sudah aku bawa jalan-jalan pagi, ngepel jongkok dan jongkok berdiri untuk merangsang adanya pembukaan. Sore hari aku ke bidan dekat rumah untuk cek apakah pembukaan bertambah dan ternyata masih bukaan 2 tapi sempit dan masih sama  serviksku kaku maka diberi obat pelunak mulut rahim yang hanya berupa vitamin B yaitu Alinamin F. Oleh bidan diberi petunjuk kapan waktunya aku harus berangkat ke RS.

Besok paginya 20 Desember yang merupakan hari ulang tahunku aku semakin galau dan bingung karena belum ada mulas juga dan flek masih berlanjut, akhirnya aku n Fatra memutuskan kita ke RS pagi itu dan cek kembali juga sudah menyiapkan tas yang berisi perlengkapan melahirkan. Sampai di RS dok Kus langsung menyarankan untuk masuk ruang bersalin dan diperiksa, setelah diperiksa oleh bidan yang bertugas aku di CTG dan periksa bukaan hasilnya CTG bagus tapi bukaan belum juga nambah.

Siangnya jam 13.00 dok Kus datang setelah jam praktek beliau selesai dan kembali memeriksa, lalu beliau menyarankan untuk dilakukan induksi balon yaitu dimasukkan spt balon ke mulut rahim dan diisi air agar bisa memnuka tapi jenis induksi ini hanya bisa mentok sampai bukaan 4 lalu bukaan selanjutnya bisa menunggu dengan alami.

Dipasanglah balon itu dan rasanya hmmmm lumayan bgt sakitnya, sudah terasa kontraksinya karena serviksku dipaksa dibuka.. selama dipasang balon ini saya terus jalan2 sepanjang lorong RS agar pembukaan bisa cepat terjadi. Ternyata agak lama sampai jam 8 malam baru bisa mencapai bukaan 4 dan balon dibuka. Selanjutnya tinggal menunggu dapat terjadi kontraksi dan bukaan alami sampai bukaan lengkap. Aku, Fatra dan keluarga berharap si dede bisa lahir hari ini agar ulang tahun kami bisa berbarengan. Hari berlalu sampai pagi bukaanku tidak juga bertambah STUCK di bukaan 4, kontraksi ada dan rutin beberapa kali selama 10 menit tapi ternyata tidak terlalu kuat untuk bisa menambah bukaan padahal posisi kepala si dede sudah dekat sekali. Dok Kus bilang “kalau masih bisa ketawa2 belum sakit bu” hehe..emang aku masih cengar cengir sih.


Dok Kus menyarankan untuk kembali di induksi lewat infus, huaaaa teringat cerita pengalaman teman2 yang bilang induksi itu sakit banget aku memilih menunggu. Sembari menunggu dari jam 6 pagi sampai jam 13.00 aku berusaha menambah bukaan secara alami, jalan2 sepanjang lorong keliling RS, naik turun tangga tapi nihil bukaan tidak juga nambah. Jam 13.00 kuputuskan untuk induksi seperti yang disarankan. Baru pasang sih biasa aja malahan kontraksi sebelumnya hilang, aku masih bisa ngobrol sama mami, ibu dan Fatra. Memasuki jam 15.00 kontraksi mulai terasa sangat kuat sampai aku tidak tahan, Fatra menghubungi ruang bersalin untuk bisa segera ditangani tapi ternyata masih penuh untuk ruangan kelas 1 (hari itu banyak sekali yang melahirkan).

Aku kembali diperiksa dan ternyata sudah bukaan 6 lalu setelah diperiksa ketubanku pecah. Jam 16.00 aku masuk ruang bersalin di bukaan 7, ternyata setelah ketuban pecah rasanya semakin sakit karena posisi kepala yang sudah sangat menekan (padahal infus sudah dimatikan dan ini sudah kontraksi alami).

Jam 17.50 (sempet2an aku selalu liat jam karena ada jam di ruangan itu), dokter meminta aku untuk mulai belajar merejan saat kontraksi datang. Fatra mendampingiku di dalam tapi ternyata aku kesulitan untuk merejan karena aku sudah kehabisan tenaga untuk jalan2 dari subuh itu dan tidak bisa makan karena sakit dan juga dede terlilit tali pusar jadi tarik menarik dengannya saat merejan.

Hampir 40 menit aku mencoba merejan dengan didampingi Fatra tapi akhirnya Fatra berpikiran untuk tukeran tempat sama mami di ruang bersalin . Mami masuk untuk mendampingiku, mami berpengalaman untuk mendampingi anak2 dan mantu2nya melahirkan.. Mami masuk lalu langsung mengangkat badanku untuk membantu kekuatan merejan setelah 2 kali merejan akhirnya dede lahir.. Alhamdulillah... Laki-laki dengan berat 2, 7kg dan panjang 48 cm namanya Rakazidia Inggoro Ralia.